penjadwalan cpu


 PENJADWALAN CPU 53 Pada saat suatu proses dieksekusi, terdapat banyak CPU burst yang pendek dan terdapat sedikit CPU burst yang panjang. Program yang I/O bound biasanya sangat pendek CPU burst nya, sedangkan program yang CPU bound kemungkinan CPU burst nya sangan lama. Hal ini dapat digambarkan dengan grafik yang eksponensial atau hiper eksponensial seperti pada Gambar 4-2. Oleh karena itu sangat penting pemilihan algoritma penjadwalan CPU.

Pada saat CPU menganggur, maka sistem operasi harus menyeleksi prosesproses yang ada di memori utama (ready queue) untuk dieksekusi dan mengalokasikan CPU untuk salah satu dari proses tersebut. Seleksi semacam ini disebut dengan shortterm scheduler (CPU scheduler). Keputusan untuk menjadwalkan CPU mengikuti empa keadaan dibawah ini : 1. Apabila proses berpindah dari keadaan running ke waiting; 2. Apabila proses berpindah dari keadaan running ke ready; 3. Apabila proses berpindah dari keadaan waiting ke ready; 4. Apabila proses berhenti. Apabila model penjadwalan yang dipilih menggunakan keadaan 1 dan 4, maka penjadwakan semacam ini disebut non-peemptive. Sebaliknya, apabila yang digunakan adalah keadaan 2 dan 3, maka disebut dengan preemptive. Pada non-preemptive, jika suatu proses sedang menggunakan CPU, maka proses tersebut akan tetap membawa CPU sampai proses tersebut melepaskannya (berhenti atau dalam keadaan waiting). Preemptive scheduling memiliki kelemahan, yaitu biaya yang dibutuhkan sangat tinggi. Antara lain, harus selalu dilakukan perbaikan data. hal ini terjadi jika suatu proses ditinggalkan dan akan segera dikerjakan proses yang lain.

(sumber) http://arna.lecturer.pens.ac.id/ 

Artikel Selanjutnya Artikel Sebelumnya
Post Terkait :
Sistem Operasi